Pertanyaan yang menjadi judul di atas adalah pikiran nakal yang terlintas di kepalaku, ketika aku ingin menuangkan semacam refleksi paska Idul Fitri 1428 lalu. Ini bukan refleksi dalam artian merenungi dan menandai prilaku dan capaian yang telah berlalu, tapi lebih pada pembacaan atas apa yang menjadi perdebatan di alam pikiranku.
Ada dua cara untuk menjawab pertanyaan di atas: menyederhanakan jawabannya, atau sebaliknya, merumitkannya.
Untuk menyederhanakannya, tengoklah segera kitab suci atau sumber ajaran moral lainnya. Meski tetap akan ada dua aliran pikiran-yang mengakui manusia sejatinya baik dan karenanya Tuhan menciptakan makhluk bernama manusia untuk menyebarkan kebaikan, atau manusia cenderung jahat dan terpengaruh hawa nafsu, sehingga Tuhan menurunkan Nabi-nabi, Para Santo, Pandito, Sunan, dan orang Suci, plus beserta kitab suci dan ajaran ilahiah untuk meluruskan mereka--, kerepotan untuk menjelaskannya berkurang. karena agama dan moral dipandang sebagai doktrin dan corpus tertutup, dengan sendirinya perdebatan dan ketidakpuasan-ketidakpuasan berhenti di bawah sakralitas kitab suci dan nilai-nilai moral yang katanya adiluhung.
Atau bisa juga bersandar pada jawaban yang 'akademis', dengan mengemukakan dalil-dalil psikoanalisis mulai dari Freud dan Jung, behaviorisme Skinner, dan teori kepribadian humanistik Maslow, hingga menggunakan dalil-dalil sosiologis seperti etika Protestan Weber dan Das Kapitalnya Karl Marx. Bagi yang berlindung di balik benteng pengetahuan psikologi, tentu pengakuan akan kecenderungan baik dan buruk pada manusia tergantung pada seberapa kuat kita menganut dan menjadi makmum atas mazhab-mazhab besar yang digariskan para nabi ilmu akan gejala kejiwaan manusia ini. Sedangkan bagi yang menggalinya di bawah pengetahuan sosial, selamat menemukan paradoks-paradoks, pandangan-pandangan nihilis akan manusia, bahkan ketidakpercayaan akan sesuatu yang sesungguhnya manusiawi dan dorongan-dorongan pada sesuatu di luar manusia untuk mengekang dan mengontrol sosok manusia dan segala hasrat yang dikandungnya, baik maupun jahat.
Merumitkannya? Bisa. Tidak usah mengaku relijius atau atheis untuk memulainya, karena pada dasarnya kita cukup melempar pertanyaan-pertanyaan nakal untuk mengurainya.
Aku tidak berpretensi juga untuk memberikan jawaban, karena semakin ingin aku memberikan jawaban, maka pertanyaan-pertanyaan baru bermunculan. Terlebih karena aku enggan mendaku sebagai sosok yang maha tahu, paling tahu, maha benar dan paling benar, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya aku biarkan berserak. Akhirnya aku tetap membiarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengembara hingga suatu saat akan sampai di tangan seorang Resi, seorang ilmuwan, dan bahkan seorang gila yang bisa menjawabnya.
Inilah 100 pertanyaan tentang manusia (yang pada akhirnya menyingkap sisi paling manusiawi manusia, antara menjadi jahat dan menjadi baik) yang berputar dan berkejaran keluar dari pikiranku.
- Mengapa ada manusia?
- Mengapa ada yang disebut kebaikan?
- Mengapa ada yang dianggap kejahatan?
- Apa perbedaan jahat dan baik?
- Siap yang berhak membeda-bedakannya?
- Bisakah yang baik menjadi jahat dan sebaliknya?
- Bisakah seluruh manusia baik?
- Bisakan seluruh manusia jahat?
- Jika mungkin, kenapa tidak diciptakan semua manusia baik?
- Jika tidak mungkin, mengapa semua orang repot untuk menjadikan seluruh dunia baik?
- Mengapa Tuhan menciptakan baik dan buruk? -semua yang di dunia kan ciptaan Tuhan?
- Mengapa manusia diberi kuasa melakukan kejahatan jika Tuhan ingin manusia menebarkan kebaikan?
- Mengapa Tuhan menciptakan kejahatan dan menghukum mereka yang melakukannya?
- Apakah Tuhan bermain-main dengan ciptaannya?
- Apakah hukumdan dan penghargaan buat manusia adalah permainan Tuhan?
- Apakah Tuhan menciptakan manusia untuk kesenangannya?
- Apakah Tuhan pernah serius atau selalu main-main?
- Mengapa ia menjadi misteri yang dipercaya manusia?
- Mengapa Kebaikan diterima dan kejahatan ditolak?
- Apakah manusia harus selalu baik?
- Apakah manusia boleh memilih menjadi jahat?
- Mengapa manusia jahat dihukum?
- Siapa yang berkepentingan dengan eksistensi manusia?
- Bagaimana jika manusia tidak ada?
- Apakah dunia akan kacau atau justru sebaliknya, akan adem ayem tentram?
- Mengapa ada pembalasan (baik di dunia dan katanya hari akhir)?
- Apakah sosok manusia itu independen dari sang Kreator (Tuhan atau apapun) dan lingkungannya?
- Apakah manusia bisa menolak esistensinya sendiri?
- Bagaimana jika manusia ingin menjadi hewan?
- Apakah manusia bisa dan berhak mengingkari kehendak Sang Kreator dan lingkungannya?
- Mengapa bunuh diri ditentang ketika seseorang sedang menolak eksistensi dirinya?
- Mengapa manusia dipersalahkan ketika ia menjadi dirinya sendiri?
- Mengapa ada kesialan dan keberuntungan untuk manusia?
- mengapa ada hukuman dan penghargaan untuk manusia?
- Mengapa manusia ditentang untuk menjadi pribadi yang kompleks?
- Mengapa manusia hidup dalam ancaman -ilahiah dan lingkungannya?
- Mengapa manusia takut?
- Mengapa manusia berani?
- Mengapa ada manusia yang berkuasa dan dikuasai?
- Mengapa ada nilai untuk manusia?
- Siapa yang bisa menjelaskan otoritas Tuhan untuk menghukum dan menilai manusia?
- Mengapa manusia begitu lemah?
- Mengapa pikiran-pikiran manusia yang liar ditakuti, bahkan oleh Tuhan?
- Mengapa manusia begitu ngeri untuk mempertanyakan dirinya?
- Mengapa manusia takut pada yang abstrak, Tuhan misalnya?
- Mengapa manusia tidak menjadi Tuhan saja?
- Mengapa kita harus 'waras' di tengah dunia yang 'gila'?
- Mengapa kita dilarang 'gila' di tengah dunia yang 'waras'?
- Mengapa manusia selalu berprasangka buruk, bahkan terhadap dirinya sendiri?
- Mengapa manusia tidak menggambarkan Tuhan yang romantis?
- Mengapa nausia mengaggap Tuhan kejam dan selalu ingin menghukum?
- Mengapa hidup itu harus normatif?
- Siapa yang menentukan pilihan hidup manusia?
- Mengapa Tuhan begitu repot mengurus manusia?
- Mengapa manusia berpikir?
- Mengapa manusia dipusingkan dengan urusan manusia lainnya?
- Mengapa manusia 'memakan' manusia?
- Mengapa manusia yang 'memakan' manusia ditakuti?
- mengapa manusia takut mati?
- mengapa manusia takut merasakan sakit?
- Mengapa manusia larut dalam kehendak hati?
- Mengapa ada cinta?
- Mengapa ada kebencian?
- Mengapa ada yang baik dan buruk?
- Mengapa manusia selalu mempersalahkan syetan atas keburukan yang dilakukannya?
- Jangan-jangan manusia dan syetan adalah makhluk yang sama?
- Mengapa hawa nafsu tabu dibicarakan?
- Mengapa manusia menjalankan ritual?
- Mengapa keliaran manusia tidak mendapat tempat?
- Mengapa ada yang sakral dan profan?
- Mengapa dunia ini hitam-putih?
- Mengapa manusia bercinta?
- Mengapa manusia membenci?
- Mengapa manusia menyayangi?
- Mengapa manusia bodoh?
- Mengapa manusia pintar?
- Mengapa manusia buruk rupa?
- Mengapa manusia rupawan?
- Mengapa manusia berkelamin?
- Mengapa manusia menangis?
- Mengapa manusia tertawa?
- Mengapa manusia makan dan minum?
- Mungkinkah manusia bisa menciptakan sesuatu yang lebih hebat dari Tuhan?
- Bisakah manusia membunuh Tuhan?
- Sebaiknya Tuhan pensiun mengurus manusia, dan manusia mengurus dirinya sendiri?
- Siapa yang disebut beriman?
- Bisakah menjadi beriman dengan tidak mengikuti nilai dan ajaran yang ada?
- Bisakah orang jahat disebut beriman?
- Pastikah orang baik beriman?
- Manakah yang lebih baik, beriman atau menjadi baik?
- Apakah iman dan kebaikan pararel?
- Bisakah kebaikan dan kejahatan dinilai setara?
- Bisakah kebaikan dan kejahatan dilakukan bersama-sama?
- Bisakah manusia tidak saling menilai?
- Bisakah manusia menghentikan kejahatan dan memaksakan kebaikan?
- Bisakah kebaikan menjadi kejahatan yang terselubung?
- Bisakan manusia menghargai perbedaan?
- Bisakah manusia tidak munafik?
- Bisakah kita sudahi perdebatan tentang yang baik dan jahat?
- Bisakah kebebasan manusia menjadi baik dan jahat diakui semua pihak --bahkan Tuhan?
...... ????